[Ficlet] Rain ON Sabtu, November 17, 2012 AT 11/17/2012 01:10:00 PM
Rain
~.~
Author
: Nissa Tria
Cast
: Super Junior
Donghae as Lee Donghae
Olive Min
Aeri (OC)
Genre
: Find it by your self, please ^^
Length
: Ficlet (857 words)
Rate
: G (General)
Disclaimer : Apologize
me about the OOC (Out Of Character), typo(s),
and mistake(s). I not owned the canon,
they’re God’s, their family’, and their fans’, but plot and OC is mine. Thanks
for not copy-paste my plot (plagiarism), and don’t bash me.
~.~
Rain
A Ficlet by. Nissa Tria © 2012, All Rights Reserved
~.~
Wajah
bersemu gadis itu terlihat terbelai helaian rambutnya yang beterbangan oleh
angin musim gugur yang basah. Gadis itu membuka matanya lebar dan tersenyum di
saat bersamaan melihat daun-daun pohon maple yang kecoklatan berguguran ke
tanah, bahkan ada beberapa yang jatuh ke atas rambutnya, membuatnya beberapa
kali harus menyingkirkan daun-daun itu. Kedua tangan halus itu menggenggam erat
sebuah kotak makan siang di pangkuannya.
Gadis itu tersenyum semakin lebar
melihat anak-anak kecil yang berlalu lalang di depannya dengan mengendarai
sepeda, atau bersama hewan peliharaannya. Dilihatnya seekor anjing westie putih
kecil menghampirinya dan tampak melonjak-lonjak dengan sebuah amplop merah muda
digigit di mulutnya.
Surat.
Anjing westie kecil itu kembali membawa sebuah surat untuknya.
Tangan
gadis itu terulur menyambut amplop itu, dan menaruhnya ke atas kotak makan
siang yang telah dipindahkannya ke bangku taman di samping kirinya. Dibelainya
lembut puncak kepala anjing westie itu, lalu ditaruhnya anjing manis itu ke
atas pangkuannya.
“Westienn.”
gadis itu menggumamkan sebuah nama timbul di bandul kalung yang anjing westie
itu kenakan dan tersenyum bersamaan ketika melihat motif tali kalung tersebut.
Motif
boneka pinokio, khas akan seseorang.
Masih
dengan tangan yang bermain di leher Westienn, tangannya yang lain meraih amplop
merah muda tadi, membukanya dengan sangat hati-hati—karena tidak ingin
merusaknya, lalu dibacanya perlahan dan penuh perhatian.
Gadis
itu mendesah panjang dan memasukkan kembali kertas itu ke dalam amplopnya.
Perasaannya menjadi tak menentu kali ini, seperti ada rasa kecewa dan lega di
saat bersamaan. Tapi tetap saja, bagaimana pun juga dirinya harus mengerti
kesibukan pria itu di kantornya.
Dengan
berat hati, diturunkannya kembali anjing westie itu dari pangkuannya setelah
mengelus puncak kepalanya sekali lagi. Gadis itu tersenyum menatap mata bulat Westienn
yang tampak memohon,
“Westienn-ah … aku harus pergi, dia tidak akan
datang …” ucapnya lirih lengkap dengan air mata yang telah menggenang di
pelupuk matanya. Tangan gadis itu terulur mengusap sebulir air mata yang lolos
mengalir di pipinya.
“Dia
sangat sibuk, jadi aku tidak perlu menunggunya lagi, dan lebih baik aku
membawamu pulang, sebelum hujan turun dan membuat aku menjadi basah, lalu
terserang flu keesokan harinya.” Gadis itu berujar lembut dengan tangan yang
masih mengelus puncak kepala Westienn dengan sayang dan tampak berat hati harus
meninggalkan anjing manis ini sendirian di taman.
“Aku
benci hujan yang membuatku selalu tampak seperti orang rapuh …” gadis itu
kembali berucap. Ditariknya sebuah helaan napas untuk menguatkannya melanjutkan
kata-kata yang masih ingin diucapkannya pada Westienn, anjing manis yang selalu
menjadi pendengar yang baik.
“Hujan
selalu turun pada saat hatiku sedang mendung, menangis, ataupun diselimuti rasa
kecewa yang dalam. Hujan seakan mengerti apa yang aku rasakan, dan dia juga
seperti mendukungku dengan cara menjatuhkan tiap bulir airnya ke bumi,
membasahi seluruh pelosok kota yang membuatku semakin rapuh.
“Aku
sangat menghargai ‘kesimpatian’ hujan terhadap apa yang aku rasakan, tapi tanpa
sadar, itu telah melukaiku, membuatku semakin rapuh dan rapuh setiap harinya,
jadilah aku membenci hujan.”
Gadis
itu menghentikan bicaranya begitu merasakan setitik hujan jatuh tepat di puncak
kepalanya. Gadis itu menatap kedua bola mata bulat anjing westie itu dengan
senyum yang tersungging manis di wajahnya,
“Benar,
bukan?” ucapnya dengan mata berkaca, dan kembali meraup Westienn itu ke atas
pangkuannya, dan memeluk longgar anjing manis itu, “hujan sangat bersimpati
terhadapku.” lirihnya tepat pada telinga anjing itu. Dapat didengarnya sebuah
lenguhan khas seekor anjing.
Gadis
itu tersenyum, “kau memang selalu menjadi pendengar yang baik, terima kasih
untuk hari ini.” ucapnya pada Westienn seraya mengecup puncak kepala anjing
manis itu.
Kedua
tangan halus itu terulur untuk menyentuh besi lingkaran pada kursi rodanya
untuk membantu menggerakkannya. Senyumnya terukir semakin lebar ketika kursi
rodanya telah bergerak maju.
Ya,
gadis bernama Olive Min ini memang menderita kelumpuhan. Dan kini hidupnya
bergantung pada kursi roda manual yang terkadang melukai tangan halusnya ketika
memutar besi lingkaran untuk bergerak.
Angin
berdesir mengiringi setiap langkahnya menjauhi taman kota ini. Buliran air
hujan mulai berjatuhan membasahi tanah dan raga gadis serta Westienn, anjing
manis yang berada di atas pangkuan gadis itu.
Gadis
itu terlihat mengigil, tapi sepertinya dia tidak terlalu ambil pusing terhadap
hal seperti itu. Toh, yang akan
terjadi besok paling-paling dirinya flu, tidak lebih, dan dirinya memiliki
segudang obat flu cadangan untuk berjaga-jaga jika hujan kembali ‘bersimpati’
padanya.
“Westien-ah … apakah hujan telah reda?” tanyanya dengan nada yang terdengar
lucu, mirip seperti seorang anak kecil yang menanyakan suatu hal yang
sebetulnya tidak perlu ditanyakan lagi.
Senyuman
gadis itu melebar seraya menatap sekelilingnya yang tampak masih basah, hingga
mata kecilnya membulat melihat sebuah payung kini melindungi tubuhnya dan
Westienn dari guyuran hujan.
“Kau
melupakan kotak makan siangmu, Nona Olive.”
Suara itu …
Gadis
itu segera menolehkan kepalanya cepat. Matanya membulat tak percaya, dan
jantungnya berdebar kencang melihat senyuman itu … sesungging senyuman yang
sangat dirindukannya.
Senyuman
itu menular, dan itu mungkin yang membuat senyuman gadis itu tak tertahankan
lagi begitu melihat wajah dengan senyumannya yang menawan.
“Oppa …” gadis itu berucap lirih, lengkap
dengan air mata yang menggenang di pelupuk matanya. Dia bahagia sekaligus
terharu karena pria itu yang selalu dirindukannya kini berada tepat di
hadapannya, dengan senyuman dan juga raut wajah yang sangat disukainya.
Seorang
pria yang mau menerima seluruh kelemahan dan kelebihannya. Dia, Lee Donghae si
pengisi seluruh ruang kosong di hatinya.
~.~
.::FIN::.
~.~
Label: AU, Donghae, Drabble, Romance, Super Junior